Ada banyak pilihan setelah lulus SMA. Bisa langsung kuliah atau kerja. Bingung dalam menentukan pilihan? Yuk cek artikel ini, semoga di akhir artikel kamu bisa menentukan pilihan dengan bijak.

Sebaiknya kuliah atau kerja dulu setelah lulus SMA? Barangkali, pertanyaan tersebut sempat terbesit di benak kalian. Sebab, kalian ingin tahu, sebaiknya kuliah atau kerja dulu setelah lulus SMA.

Well, saya kira, jawaban terbaik untuk pertanyaan kuliah atau kerja dulu setelah lulus SMA ialah… tergantung kondisi.

Kalau kondisi keuangan keluarga kamu bagus, silakan lanjut kuliah. Kalau tidak, boleh kerja dulu, atau bisa juga langsung kuliah dengan mencari beasiswa terlebih dahulu.

Sebagian universitas, terutama universitas negeri, biasanya memberikan aturan untuk bisa mendaftar di program S1 maksimal tiga tahun setelah lulus SMA dan pendidikan setingkat itu. Artinya, 4 tahun setelah kelulusan pendidikan tingkat SMA, kamu tidak diperkenankan untuk mendaftar kuliah S1 di universitas negeri.

Kalau universitas swasta, pada umumnya tidak memberikan batasan waktu. Jadi, kapan saja kamu mau kuliah, bisa.

Begitu aturannya secara umum, setahu saya.

Walau demikian, ada hal lain yang menurut saya perlu untuk kamu jadikan pertimbangan, yaitu, bahwa semakin bertambah usia, semakin tua sibuk diri kita, dan kuliah yang dijalani dalam keadaan sibuk tidak akan bisa maksimal.

Ini adalah fakta, yang dialami banyak orang, termasuk saya.

Apakah saat ini saya kuliah? Tidak. Tapi saya mengikuti kursus bahasa Inggris. Walaupun jadwal kursus tidak sepadat jadwal kuliah S1, tapi tetap saya tidak maksimal menjalaninya terutama dalam hal mengulang pelajaran, disebabkan kesibukan bekerja dan menjalani peran sebagai kepala rumah tangga.

So, buat kamu yang ekonomi keluarganya mapan, silakan langsung daftar kuliah setelah lulus SMA.

Buat kamu yang perekonomian keluarganya sedang dalam kondisi menengah ke bawah, silakan cari beasiswa.

Buat kamu yang perekonomian keluarganya sedang dalam kondisi menengah ke bawah dan kesulitan untuk mendapatkan beasiswa, mulailah bekerja.

Nah, khusus untuk kamu yang termasuk kelompok ketiga ini, ada tahapan-tahapan yang saya sarankan untuk kamu lakukan.

  1. Setelah lulus, segeralah lamar pekerjaan, apa pun pekerjaan itu, selama halal, kerjakan.
  2. Bekerjalah dengan tekun, dengan rajin, dengan giat, kerjakan apa pun yang diperintah kepadamu, selama itu halal, kerjakan saja sebaik mungkin tanpa mengeluh.
  3. Gaji yang kamu terima, kumpulkan. Gunakan sebatas untuk memenuhi kebutuhanmu. Sisanya, tabung, lalu kamu gunakan untuk kursus. Kursus yang saya rekomendasikan adalah bahasa Inggris. Kalau kamu sudah jago bahasa Inggris, ikuti kursus public speaking. Kalau kamu belum jago bahasa Inggris, fokus belajar bahasa Inggris. Kalau sudah jago, baru beralih ke public speaking. Begitu tahapannya.
  4. Performa kerjamu bagus, setelah satu atau dua tahun, kemungkinan besar posisimu naik. Dari staf ke supervisor. Dari junior ke senior. Atasanmu memandang dirimu yang sekarang lebih berharga dibandingkan dirimu yang dulu. Nah, sekarang, saatlah waktu yang tepat untuk bicara ke atasanmu, bahwa kamu ingin kuliah. Tanyakan kepadanya, apakah memungkinkan bagi dirimu untuk bisa bekerja di situ sambil tetap kuliah. Kalau memungkinkan, tetaplah bekerja di situ. Jika tidak, segera ajukan surat resign. Ingat, kamu hanya bisa resign dalam waktu 30 hari setelah pengajuan surat resign. Pastikan kamu resign dengan mengikuti peraturan yang ditetapkan perusahaan.
  5. Setelah dua tahun bekerja dan fokus belajar bahasa Inggris dan public speaking, kamu yang sekarang berbeda jauh dengan kamu yang dulu. Sekarang kamu punya modal skill kerja + skill bahasa Inggris + skill public speaking. Setelah dua tahun, cari tahu jurusan kuliah apa yang tepat untukmu.
  6. Selanjutnya, buat daftar universitas apa saja yang membuka jurusan kuliah tersebut.
  7. Kemudian, kumpulkan informasi penting tentang universitas-universitas tersebut, seperti informasi tentang berapa biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke sana, berapa kira-kira biaya hidup yang dibutuhkan per bulannya, apakah mereka memiliki program beasiswa, apa saja syarat-syarat untuk mendapatkan beasiswa, dan seterusnya.
  8. Setelah dapat informasi-informasi penting tersebut, kamu bisa menjadikan informasi-informasi tersebut sebagai bahan pertimbangan, universitas mana yang kira-kira paling memungkinkan kamu belajar di situ. Pilihlah beberapa universitas, tiga misalnya, satu menjadi pilihan utama, dua lainnya menjadi pilihan alternatif.
  9. Pulang ke rumah, temui orangtua, utarakan keinginanmu, sampaikan dengan baik, dengan tutur kata lemah lembut, bahwa kamu ingin kuliah di jurusan yang menurut pertimbanganmu paling tepat untukmu dan kamu minta restu kedua orangtuamu. Sampaikan pula kepada keduanya, jangan khawatir soal biaya, karena kamu menabung gajimu selama ini, dan tabungan tersebut bisa kamu gunakan untuk biaya daftar kuliah dan membayar biaya beberapa semester awal.
  10. Daftar kuliah.
  11. Setelah resmi menjadi mahasiswa S1, kamu tetap bisa mendapatkan uang dengan bekerja part time atau freelance. Pada tahapan ini, insya Allah kamu tidak akan kesulitan mendapatkan pekerjaan, karena kamu sudah punya pengalaman kerja, skill yang bisa diandalkan di dunia kerja, skill bahasa Inggris, dan skill public speaking.

Kuliah atau Kerja: Belajar dari GM Termuda se-Asia

Siapa sangka, GM atau General Manager termuda se-Asia ternyata orang asli Indonesia. Dialah Yoris Sebastian, atau yang akrab disapa Yoris.

Yoris Sebastian

Pak Yoris, begitu saya memanggilnya (saya tahu beliau, tapi beliau tidak kenal saya), lahir di Makassar, 5 Agustus 1972. Beliau sempat kuliah di jurusan Akuntasi, tapi hanya sempat berjalan dua tahun.

Walau demikian, tidak lulusnya kuliah S1, tidak membuat prestasi kerja beliau jelek. Beliau sangat berprestasi, bahkan saking berprestasinya, di usia 26 tahun beliau sudah menjabat sebagai General Manager di Hard Rock Cafe, Jakarta. Hal tersebut membuat beliau dianugerahi gelar GM termuda se-Asia dan no 2 sedunia.

Di blog pribadinya, Pak Yoris sempat menulis di blog pribadinya sebuah artikel berjudul Kerja dulu atau Gelar Dulu?

Di artikel tersebut beliau menulis,

“Kalau saya sih maunya dua-duanya.

Namun dalam kenyataannya saya harus memilih dan akhirnya saya memilih kerja dulu. Hidup adalah pilihan. Semuanya tergantung situasi dan kondisi. Kalau waktu itu karir saya di Hard Rock Cafe tidak sedang melesat pesat, mungkin saya masih akan berjuang untuk meraih gelar di Universitas Atmajaya jurusan Ekonomi Akuntansi.

Daripada dua-duanya setengah-setengah, lebih saya coba fokus di kerjaan saya. Keputusan saya ternyata benar, di usia ke 26 saya sudah menjabat sebagai General Manager Hard Rock Cafe Jakarta. Toh, kalau ditanya kita kuliah tujuannya apa? ya buat cari kerja (jaman dulu belum nge-trend entrepreneurship) Nah kalau kita sudah bisa dapat kerjaan yang baik dan bisa banyak belajar, tidak salah kalau kita meninggalkan kuliah. Waktu itu juga saya beruntung banyak baca kisah sukses orang-orang yang tidak lulus kuliah namun sukses dengan mempekerjakan para S2 graduated.

Saya sendiri sangat senang dengan yang namanya knowledge. Hobby belajar dan mengajar. Jadi kalau waktu itu ada kesempatan saya pasti akan meraih gelar S1. Sama seperti sekarang tetap ada keinginan untuk sekolah S2, namun belum ada cukup waktu…

Jadi saya termasuk yang percaya dengan yang namanya universitas. Apalagi saya suka banget sama yang namanya Knowledge.

Nah, bagaimana dengan orang tua? “Awalnya saya sempat ‘nego’ dan menjanjikan saya akan universitas terbuka. Bagaimanapun tujuan orang tua baik dan ingat kita masih tinggal di rumah orang tua.”

Demikian. Semoga tulisan sederhana dari saya + tulisan hebat dari Pak Yoris bisa membantu kamu, yang masih kebingungan, apakah langsung kuliah atau kerja dulu setelah lulus SMA. Apa pun pilihanmu, pastikan kamu menjalaninya sebaik mungkin.(*)

Author

Alumni salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Menyarankan calon mahasiswa untuk belajar tekun, berbakti kepada orangtua, hormat pada guru, memilih teman yang baik, menghindari perbuatan sia-sia, dan jangan lupa ibadah.

Write A Comment